Gunung Bromo dari jalur pendakian Pasuruan
PROBOLINGGO - Ancaman Gunung Bromo ternyata tidak hanya berupa semburan material vulkanik seperti debu dan asap. Walaupun aktivitasnya terpantau menurun, gunung api ini masih berpotensi mengeluarkan lava pijar.
“Potensi Gunung Bromo mengeluarkan lava pijar ada. Semua gunung berapi pasti ada, tapi tidak tahu itu terjadi pada letusan yang ke berapa,” ungkap Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi,Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suastika, Selasa (30/11/2010).
Namun, hingga kemarin potensi ini belum ditunjukkan gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang tersebut.
Dari pantauan di pos pantau, Gunung Bromo kembali mengeluarkan abu vulkanik. Berbeda sebelumnya, abu yang keluar dari kawah berbentuk kaldera yang mengarah ke barat daya, sejak Senin malam lalu tiba-tiba bergeser ke arah timur laut.
Pergeseran akibat perubahan arah angin ini mengakibatkan hujan abu vulkanik di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadasari Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Pergeseran abu vulkanik juga terjadi sekira pukul 09.00 WIB.
Arah angin kembali berubah ke utara.Material vulkanik dari gunung yang termasuk di dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BNBTS) ini mengguyur beberapa daerah di Kabupaten Pasuruan.
Kepulan asap dan abu ini merupakan rangkaian dari letusan minor yang terjadi sejak Sabtu pekan lalu pukul 05.09 WIB. Perubahan arah angin ini disertai menurunnya intensitas letusan dari gunung yang dikelilingi lautan pasir ini.
Material vulkanik berisi gumpalan asap ringan dan didominasi uap air dan abu.Semakin siang arah angin semakin mengarah ke utara.
Gede Suastika mengungkapkan, sejak Sabtu intensitas letusan minor terus meningkat. Kondisinya baru menurun Senin pukul 20.00 WIB. “Intensitas letusan yang menurun ini dilihat dari amplitudo tremor dari 15 milimeter menjadi 5 milimeter. Kemudian kepulan asap dari 700 meter menjadi 300 meter,” katanya.
Kendati demikian, Gede belum dapat memastikan intensitas letusan ini akan terus berlangsung sampai kapan.Bisa jadi dalam perkembangannya malah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
Tidak stabilnya intensitas letusan ini membuat status awas tidak berubah. Penurunan intensitas ini juga tidak ada kaitannya dengan hujan yang beberapa hari ini mengguyur Dusun Ngadisari.
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung ini mengatakan, letusan Gunung Bromo ini siklus lima tahunan. Berdasarkan catatan,gunung yang berdampingan dengan Gunung Batok ini pernah meletus pada 1981. Kemudian pada 1994 dan 1996 kembali meletus. Gunung Bromo pada 2000, 2004,dan 2010 pernah meletus. Gunung Bromo memang terjadi letusan, tapi tergolong kecil, tidak seperti Gunung Merapi.